Subscribe:

Labels

Minggu, 31 Oktober 2010

Tak Pasti

Semilir angin bawa anganku pergi
tak tentu tak bertepi
Pecahkan sunyi dihati sepi
Bagai mimpi tak berarti

Mungkinkah menari menantang alam
Bak kurcaci berteman kelam
Mungkin mimpi baluti malam
Yang kian hari siap menerkam

Sejuta angan dan mimpi bertabur
Penuhi hati yang kian terkubur
Penat diri menanti kubur
Jejali asa hari yang samar


Bumi Allah 11 Juni 2007

KEMBALI PADA TUHAN

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, 
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. 
Begitulah caranya! 
Jika engkau hanya mampu merangkak, 
maka merangkaklah kepadaNya! 
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk, 
maka tetaplah persembahkan doamu 
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; 
kerana Tuhan, dengan rahmatNya 
akan tetap menerima mata wang palsumu! 
Jika engkau masih mempunyai 
seratus keraguan mengenai Tuhan, 
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja. 
Begitulah caranya! 
Wahai pejalan! 
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, 
ayuhlah datang, dan datanglah lagi! 
Kerana Tuhan telah berfirman: 
“Ketika engkau melambung ke angkasa 
ataupun terpuruk ke dalam jurang, 
ingatlah kepadaKu, 
kerana Akulah jalan itu.” 
Empat Lelaki Dan Penterjemah 
Empat orang diberi sekeping wang. 
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, “Aku akan membeli anggur.” 
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, “Tidak, kerana aku ingin inab.” 
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, “Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.” 
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, “Aku ingin stafil.” 
Kerana mereka tidak tahu erti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan. 
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, “Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping wang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping wang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.” 
Mereka pun tahu bahawa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur. 

Syair Jalaluddin Rumi

Sujud

Bagimu kutancapkan kening kebanggaanku pada
rendah tanah, 
telah kuamankan sedapat mungkin
maniku, 
kuselamat-selamatkan Islamku 
kini dengan
segala milikMu ini 
kuserahkan kepadaMu Allah
terimalah.

Kepala bergengsi yang terhormat ini 
dengan kedua
mata yang mampu menangkap 
gerak-gerik dunia, 
kedua telinga 
yang dapat menyadap kersik-kersik
berita, 
hidung yang bisa mencium wangi parfum
hingga borok manusia, 
mulut yang sanggup menyulap
kebohongan jadi kebenaran 
seperti yang lain hanyalah
sepersekian percik tetes anugrahMu.

Alangkah amat
mudahnya Engkau 
melumatnya Allah, 
sekali Engkau
lumat terbanglah cerdikku, 
terbanglah gengsiku
terbanglah kehormatanku, 

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

DITANYAKAN KEPADANYA

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia

1988
Oleh: Emha Ainun Najib

SUARA MALAM

Dunia badai dan topan -
Manusia mengingatkan: “Kebakaran di Hutan”
Jadi ke mana
Untuk damai dan reda?
Mati.
Barang kali ini diam kaku saja
dengan ketenangan selama bersatu
mengatasi suka dan duka
kekebalan terhadap debu dan nafsu.
Berbaring tak sedar
Seperti kapal pecah di dasar lautan
jemu dipukul ombak besar.
Atau ini.
Peleburan dalam Tiada
dan sekali akan menghadap cahaya.
……………………………………..
Ya Allah! Badanku terbakar – segala samar.
Aku sudah melewati batas.
Kembali? Pintu tertutup dengan keras.

Februari 1943

Oleh: Chairil Anwar

Jumat, 29 Oktober 2010

Manajemen Diri ( Pencegahan Insomnia )

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…
Waktu tidur adalah waktu yang sangat di butuhkan tubuh untuk beristirahat agar bisa melaksanakan ibadah. Namun sering kali waktu tidur paling susah ketika seseorang mengalami insomnia yakni penyakit sulitnya tidur.
Ada jutaan manusia yang mengalami penyakit ini,dan menurut riset yang membuktikan bahwa angka penderita insomnia di kalangan wanita lebih banyak dari pada dari kalangan laki-laki. Angka insomnia semakin bertambah karna semakin meningkatnya stres terhadap hal-hal permasalahan hidup.

Untuk mengatasi insomnia,para ahli menegaskan bahwa penderita insomnia bisa mengikuti langkah-langkah sederhana. Kecuali bagi para penderita insomnia akut yang memang sulit di sembuhkan maka dia perlu pertolongan medis.
Penyakit seperti ini terkadang di sertai keluhan seperti kehilangannafsu makan atau bahakan terus-menerus makan,malas melakukan aktivitas,bila sudah memuncak maka akan timbul depresi.

Selasa, 26 Oktober 2010

Menyerah

Aku amat sangat ingin memaksamu
Tapi kenapa kau tidak bisa kupaksa
Aku ingin menyeret mu
Tapi dirimu terlalu kokoh

Apa yang harus kulakukan?
Menyerah???
Ya...
Menyerah
malah bisa membuatmu berjalan

Senin, 25 Oktober 2010

~~**SAAT**~~

Aku tenggelam dalam malam
meniti do'a dalam tasbihmu
risau yang melintas lintas
menyimpan luka
tak pernah kering

Saat genta itu berdentang
dan kenang menindih jiwa
Aku menyebut nama Mu
dalam hening ku

Saat malam meninggalkan
purnama
Lenggang memeluk ku
dalam senyap panjang
Aku larut bersama
kelam Mu

Bumi Allah : 8 Ramadhan 1431 H

~~Sungai~~

Pernahkah kamu berguru pada Sungai?
lihat dan rasailah

Sungai itu kejujuran
airnya mengikuti situasi
tapi tak pernah membuatmu sangsi

Kalau ada ia tak berbalik
mencari sumbernya
tapi mengalir seperti jiwa

Bumi Allah 9 Ramadhan 1429 H

Cinta Tanpa Syarat

Setelah sekian lama ikut ambil bagian dalam perang di Vietnam, seorang prajurit kembali kenegerinya. Dari San Fransisco, ia menelepon orang tuanya.

"Ayah-Ibu, saya akan pulang ke rumah. Saya mohon kebaikanmu untuk mengijinkan saya membawa seorang teman ke rumah kita."

"Boleh saja," jawab mereka, "Dengan senang hati kami ingin bertemu dengannya."

"Tetapi ada satu hal yang kalian harus tahu," lanjutnya, "Dia terluka sangat parah. Dia telah kehilangan salah satu kakinya karena menginjak ranjau. Dia tidak punya tempat untuk tinggal. Saya ingin supaya dia tinggal bersama kita."

"Saya ikut sedih mendengar hal itu, nak. Mungkin kita bisa membantunya mencari tempat untuk tinggal."

"Tidak, ayah. Saya ingin dia tinggal bersama kita."

"Anakku," kata sang ayah, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Orang cacat seperti itu akan membuat kita repot. Kita punya kehidupan sendiri. Kita tidak dapat membiarkan hal seperti itu menyela hidup kita. Ayah pikir kamu sebaiknya pulang dan melupakan orang itu. Tenang saja, dia akan menemukan suatu jalan untuk hidupnya." Tiba-tiba, anaknya memutus hubungan telepon itu. Sejak hari itu, mereka kehilangan kontak dengan putranya.

Beberapa hari kemudian, mereka menerima sebuah telepon dari kepolisian San Fransisco. Anak mereka telah meninggal dunia karena jatuh dari sebuah gedung. Polisi menyakini bahwa kejadian itu merupakan tindakan bunuh diri. Orang tua yang berduka cita itu segera terbang ke San Fransisco dan diantar untuk melihat tubuh anaknya. Mereka mengenalinya, tetapi yang membuat mereka shock adalah mereka melihat yang selama ini tidak mereka ketahui, yaitu... anaknya itu hanya memiliki satu kaki dan satu lengan.

POHON APEL

Pada suatu masa, hiduplah sebatang pohon apel besar dengan seorang laki-laki. Setiap hari, ia bermain-main di bawah pohon apel itu. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel yang sudah menjadi teman mainnya. Demikian pula pohon apel itu sangat mencintai anak kecil yang selalu menemaninya. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu.

Suatu hari, ketika ia mendatangi pohon apel. Pohon apel itu tampak sedih. Ia berkata, “Ayo!mari ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang harus bermain-main dengan pohon lagi,” jawab lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya,” ucap lelaki itu lagi

Pohon apel itu menyahut, “Duh.. maaf, aku pun tak punya uang.. tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu pohon apel kembali sedih karena lelaki itu tak pernah datang lagi.

Setelah beberapa waktu berlalu, lelaki itu datang lagi. Dan pohon apel pun kembali sangat senang melihat sahabat masa kecilnya datang. “Ayo bermain-mainlah denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” keluh lelaki itu.

“Duh.. maaf, aku pun tak memiliki rumah,” jawab pohon apel.

“Tapi, kau boleh menebang semua dahan dan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel selanjutnya.

Kemudian lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu lalu pergi dengan gembira. Pohon apel juga merasa bahagia melihat lelaki itu senang, namun pohon apel itu kembali merasa kesepian dan sedih karena lelaki itu tak pernah datang lagi.

Ketika musim panas tiba, lelaki itu datang lagi. Pohon apel pun menyambutnya dengan suka cita dan berkata. “Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.

“Aku sedang sedih,” kata lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi ku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh.., maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, lelaki itu memotong batang pohon apel itudan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi dan tak pernah datang lagi menemui pohon apel.

Akhirnya, lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu,” tambahnya.

“Tak apa. Aku pun sudah tak memliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata lelaki itu lagi “Aku hanya membutuhkan tempat untuk istirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

Pohon apel diam sejenak lalu berkata lagi, “Ooohhh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Lalu lelaki itu berbaring dalam pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Cintailah orang tua kita seperti mereka mencintai kita. Sampaikanlah pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya dan berterimakasih atas segalanya meskipun kita tidak bisa membalasnya, karena kita tidak akan pernah bisa membalasnya.