Subscribe:

Labels

Minggu, 18 Desember 2011

Surat Cinta untuk Suamiku

Entah dengan apa ku harus menggambarkan segala rasaku padamu..
Tak cukup dengan untaian kata, dan barisan kalimat indah..
Tak mampu tergambar dengan pewarna apapun, semuanya terlalu indah..
Tak kan ada kanvas yang mampu membingkai semua warna tentangmu..
Karena kau begitu indah disini.. dihatiku..
Tahukah betapa besar rasa syukurku, ketika Allah memilihku menjadi pendampingmu..
Tak pernah ku merasa cukup mensyukuri nikmat itu..
Batapa bahagiaku ketika kau memilihku diantara sekian banyak bidadari yang jauh lebih indah di luar sana..
Kau tahu dengan sangat tahu, aku hanya wanita dengan segala keterbatasan. dan kau tetap memilihku..
Duhai lelaki pilihan Allah untukku..
Tahukah betapa buncahan di dada ini seakan ingin meledak, membawaku ke awan yang hanya mampu kuekspresikan dengan air mata.
ketika dari lisanmu kau sebut namaku dalam lantunan ijab kabul yang suci.
ketika itu pula ku abdikan diriku padamu, dengan segala ketundukan yang kumiliki..
dan kau tahu, bahwa akan ku patuhi inginmu selama tak bermaksiat pada sang maha Kasih, Rabbul izzati..

Jumat, 16 Desember 2011

Khauf & Roja' Bingikisan Hati untuk Cinta

".... karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kalian benar-benar orang yang beriman." (Qs: Ali Imran: 175)

Manusia dicipatakan Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna, Allah SWT memberikan pernyataan tersebut dalam rangka membanggakan hasil ciptaannya yang luar biasa ini. Tidak hanya dari sisi fisikal motorik yang begitu sempurna tapi juga kecerdasan akal yang terus berkembang melebihi kecerdasan makhluk Allah yang lain. Lebih dari itu sisi emosional dan perasaan manusia juga begitu luar biasa. Allah SWT memberikan software yang begitu menarik untuk dinikmati. Allah SWT menciptakan rasa benci, namum tumbuh pula rasa cinta. Ada marah, ada pula sayang. Ada sedih, juga ada gembira. Begitupun dengan rasa berani, Allah tanamkan pula dalam diri manusia rasa takut (al-Khauf). Dengan kata lain, sebenarnya tak ada sesuatu yang keluar dari sisi emosional manusia yang terkesan rendah kecuali apabila ia keluar pada tempat yang tidak semestinya. Atau hendaknya ekspresi emosional tersebut disalurkan sesuai aturan Allah SWT, sebagai Maha Pemberi (ar-Rahman).
Cinta, benci, marah atau sayang menjadi sesuatu yang mulia apabila kedua hal itu diekspresikan dalam rangka menggapai keridhaan Allah. ".... Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka, dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap kaum Muslimin, yang bersikap keras kepada kaum kafir..." (Qs: Al Maidah: 54)
Begitupun dengan rasa takut (al-khauf). Ayat di muka pembahasan secara eksplisit mengarahkan kemana ketakutan yang fitrah tumbuh dalam diri manusia harus dirujukan. Lebih dari itu, Allah SWT memuliakan orang-orang yang takut kepadaNya. Bahkan Allah SWT menyebut mereka dengan sebutan ulama, "sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya, hanyalah orang-orang yang berilmu (ulama)" (Qs: Al Fathir: 28)

Karena Aku Hanyalah Seorang Hamba

Ketika seseorang menyerahkan diri kepada Allah, saat itulah dengan sadarnya dia melepaskan apapun kepentingan dan ego dirinya, seraya menyeru dalam hati dan jasadnya bahwa dia adalah telah menjadi seorang hamba.
Selanjutnya, pikiran dan hidupnya akan termotivasi tentang apa yang di ridhoi Allah atau tidak, dan sama sekali bukan tentang seleranya. Ketika diri mengakui bahwa, aku hanyalah seorang hamba, maka tidak akan ada kritik dan pencelaan pada Robbnya melainkan hanya keikhlasan hati terhadap sebuah pengabdian, kepasrahan hati tentang sebuah takdir, dan prasangka baik kepada sang pembuat skenario hidupnya.
Seorang hamba adalah milik tuannya, maka hatinya pun tidak melawan ketika sang pemiilik mengajukan garis takdir kepadanya. Seorang hamba kemudian akan senantiasa melanjutkan hidup dengan tetap mengabdi demi keridhoan pemiliknya, karena memang sudah selayaknya seperti itulah kewajibannya.
Tiada yang lebih nikmat ketika menjadi seorang hamba, selain terbebasnya kita dari rasa lebih, yang berkarib dengan sombong dan atau rasa kurang yang selalu merongrong dan menyiksa diri, karena kepercayaan kita atas perawatan dan pemenuhan dari sang pemilik kita.

Selasa, 13 Desember 2011

Galau Stadium Akut

Galau, alias kacau balau, alias ribet plus riweh, adalah virus pikiran yang menjangkiti banyak remaja saat ini. Si sinyal galau itu, juga bisa datang tanpa diundang, en pergi nggak dianter, biasanya nggak jauh- jauh dari persoalan asmara. Sebab lain may be bisa juga karena tugas yang nggak selesai- selesai, atau masalah keluarga yang bikin pusing kepala, en sederet persoalan lainnya.
Next, Perasaan galau ini biasanya mudah berkembang biak menjadi sebuah perilaku yang aneh dan malah bisa saja heboh. Dari mulai jadi bahan baku curhatan lewat status FB, sampe- sampe ada julukan khusus bagi para tersangkanya, yaitu ratu dan raja galau. Belum selesai ampe situ ajah, galau juga menjadi bahan bakar utama buat ngerasa bete tiap hari, ato marah- marah nggak jelas.
So, kalau kamu sekarang lagi galau, apa ya yang harusnya kudu kamu lakuin?
Cinta itu anugrah pren, maka dari itu jangan di tolak. Yang kya gitu manusiawi banget kok. Itu juga berarti nunjukin kalo kamu normal tau'. Jadi kudu banyak- banyak di syukurin malah.
Tapi anugrah itu seharusnya membahagiakan pren. Dan, kalau ternyata yang kamu alami sekarang, justru bukan sebuah kebahagiaan yang mendamaikan melainkan hanya luapan emosi atau malah jadi tambah ribetnya hidup kamu, maka kamu kudu curiga tentang definisi kamu tentang cinta atau rasa yang lagih kamu alamin itu. Kemungkinannya sih, biasanya hanya 2, kalo nggak cobaan, ya brarti nafsu. En inget loh, jangan aggap enteng keduanya, karena keduanya punya efek besar buat ngehancurin idup en masa depan kamu, kalo kamu nggak bisa ngehandlenya dengan baik.

Belajarlah Bersyukur, Wahai Anak Muda

Alkisah seorang anak muda yang sedang bersedih hati, tengah duduk- duduk di sebuah taman. Dia menempati sebuah bangku yang hanya ada satu bapak tua saja disebelahnya. Anak muda tersebut kemudian mengajak si pak tua bercakap- cakap sambil melepas lelah dan menghangatkan suasana.
Dia kemudian menceritakan tentang begitu banyak penderitaan serta kekurangan dalam hidupnya. Sesekali dia menangis sambil menyeka air matanya. Sungguh sangatlah berat beban di hatinya.
Setelah beberapa saat mereka menghabiskan waktu bersama, anak muda tersebut berkata kepada bapak tua, " Kau lebih tua dari pada aku, maka berilah aku ilmu tentang pengalaman hidupmu". Si bapak tua hanya tersenyum, lalu dia berkata,
"anak muda, bagaimana pendapatmu, kalau ada seseorang yang kaya, yang bersedia membeli matamu itu dengan harga berapapun yang kau mau? apa kau bersedia? "
" Tidak, aku tidak akan mau, walau berapapun dia membayarku. Bukankah kesehatan itu jauh lebih berharga, pak tua?" Jawabnya tersebut bersemangat.
" Lalu bagaimana kalau dia mengganti pilihannya dengan membeli kedua kakimu? mungkin dengan harga yang lebih mahal lagi misalnya" Lanjut pak tua tersebut.
" Apa gunanya semua uang itu pak tua, kalau aku tidak bisa menikmati dunia ini karena aku pincang?. Aku tidak mau"