Subscribe:

Labels

Minggu, 21 November 2010

CINTA, CINTA, dan CINTA

"Cinta yang terhina dalam ketelanjangannya lebih bermakna dari pada cinta yang mencari kemenangan dalam penyamaran" ( Kahlil Gibran)

~ CINTA DALAM KETIADAAN ~

Betapa tak ’kan sedih aku, bagai malam, tanpa hari-Nya serta keindahan wajah hari terang-Nya?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!

Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya.
Titk air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekedar air mata.

Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah.
Hatiku bilang teriksa oleh-Nya, dan kutertawakan seluruh dalihnya.

Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!

Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Di manakah sang Kekasih, dimanakah “kita” dan “aku”?

O Engkau, Jiwa yang bebas dari “kita” dan “aku”, O Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita.
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkau-lah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah,
Engkau-lah Kesatuan itu.
Engkau ciptakan ”aku” dan ”kita” supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu,
Hingga seluruh ”aku” dan ”engkau” dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih.

*Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas I.1776

"Ketika kejujuran menjadi nafas cinta, dan ketulusan menjadi detak nadinya, hadirlah keindahan dan kebahagiaan...
tetapi, dikala penyamaran dan penghianatan menjadi desah kepura-puraan dan penipuan
matilah cinta dalam hati untuk selamanya" (Lelaki biasa)

0 komentar:

Posting Komentar